Sabtu, 23 Oktober 2010

Orang Sukses Tidak Santai

Kisah Sukses Seorang Wirausahawan Sosial Cetak E-mail

Kenyataan menunjukkan, bahwa lautan kehidupan diwarnai oleh inovasi-inovasi di berbagai bidang. Inovasi sebagai proses kreatif, tidak akan sukses ketika inovator belum memiliki semangat kewirausahaan. Pemahaman kesadaran ini menuntut penyajian kuliah Kewirausahaan dan Inovasi tidak bertumpu pada ranah kognitif, tetapi juga afektif, dan psikomotorik. Dengan kata lain, melalui pendidikan tinggi, selain semakin memahami konsep enterpreneurship juga diharapkan meningkatkan semangat enterpreneurship mahasiswa.

Program Pengembangan Kewirausahaan dilaksanakan untuk menumbuh kembangkan jiwa kewirausahaan pada para mahasiswa dan juga staf pengajar serta
diharapkan menjadi wahana pengintegrasian secara sinergi antara penguasaan sains dan teknologi dengan jiwa kewirausahaan. Selain itu diharapkan pula hasil-hasil penelitian dan pengembangan tidak hanya bernilai akademis saja, namum mempunyai nilai tambah bagi kemandirian perekonomian bangsa.
Kewirausahaan, dapat didefinisikan sebagai kemampuan melihat & menilai kesempatan-kesempatan (peluang) bisnis serta kemampuan mengoptimalisasikan sumberdaya dan mengambil tindakan serta bermotivasi tinggi dalam mengambil resiko dalam rangka mensukseskan bisnisnya.

Peranan perguruan tinggi dalam memotivasi lulusan sarjananya menjadi seorang wirausahawan muda sangat penting dalam menumbuhkan jumlah wirausahawan. Dengan meningkatnya wirausahawan dari kalangan sarjana akan mengurangi pertambahan jumlah pengangguran bahkan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Pertanyaannya adalah bagaimana pihak perguruan tinggi dapat mencetak wirausahawan muda. Pendidikan kewirausahaan di Indonesia masih kurang memperoleh perhatian yang cukup memadai, baik oleh dunia pendidikan maupun masyarakat. Banyak pendidik yang kurang memperhatikan penumbuhan sikap dan perilaku kewirausahaan sasaran didik, baik di sekolah-sekolah kejuruan, maupun di pendidikan profesional. Orientasi mereka, pada umumnya hanya pada menyiapkan tenaga kerja.

Selain itu pula, secara historis masyarakat kita memiliki sikap feodal yang diwarisi dari penjajah Belanda, ikut mewarnai orientasi pendidikan kita. Sebagian besar anggota masyarakat mengaharapkan output pendidikan sebagai pekerja, sebab dalam pandangan mereka bahwa pekerja (terutama pegawai negeri) adalah priyayi yang memiliki status sosial cukup tinggi dan disegani oleh warga masyarakat. Lengkaplah sudah, baik pendidik, institusi pendidikan, maupun masyarakat, memiliki persepsi yang sama terhadap harapan ouput pendidikan.
Berbeda dengan di negara maju, misalkan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat bahwa sejak 1983 telah merasakan pentingnya pendidikan kejuruan. Dimana Pendidikan kejuruan yang dikembangkan diarahkan pada usaha memperbaiki posisi Amerika dalam persaingan ekonomi dan militer. Pendidikan kejuruan khususnya yang berkenaan dengan pendidikan bisnis, dikatakan bahwa dapat dilakukan pada setiap level pendidikan, baik pada level Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, maupun di perguruan tinggi.

Sebagai negara sedang berkembang, Indonesia termasuk masih kekurangan wirausahawan. Hal ini dapat dipahami, kerena kondisi pendidikan di Indonesia masih belum menunjang kebutuhan pembangunan sektor ekonomi. Perhatikan, hampir seluruh sekolah masih didominasi oleh pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang konvensional. Mengapa hal itu dapat terjadi? Di satu sisi institusi pendidikan dan masyarakat kurang mendukung pertumbuhan wirausahawan. Di sisi lain, banyak kebijakan pemerintah yang tidak dapat mendorong semangat kerja masyarakat, misalkan kebijakan harga maksimum beras, maupun subsidi yang berlebihan yang tidak mendidik perilaku ekonomi masyarakat.
"INFORMASI INI SANGAT PENTING
UNTUK ANDA, JADI HENTIKAN -
APAPUN YANG ANDA LAKUKAN SAAT INI,
DAN BACALAH HALAMAN INI BAIK-BAIK!"









REPORTASE KULIAH BJ HABIEBIE

Saya merasa bersyukur kepada Tuhan, memperoleh kesempatan berharga untuk belajar dari pengalaman hidup orang lain dalam mendarma-baktikan pikiran serta kehidupannya bagi bangsa yang dicintai. Kehadiran saya mengikuti ceramah mantan Presiden RI ke 3 Prof.DR.BJ Habiebie dalam rangka Sidang Paripurna ke 15 Dewan Perwakilan Daerah (DPD)di gedung Nusantara DPR Senayan, Kamis 29 Mei 2008, sebenarnya adalah kuasa Tuhan yang ditunjukkan kepada hambaNYA. Pada saat itu saya sedang mengikuti Rapimnas II dan Lokakarya Nasional Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) di Hotel Century Park Senayan, sebagai anggota Pengurus Majelis Pengurus Pusat (MPP) ADI, yang rencana pembukaannya akan dilangsungkan di Istana Negara bersama Bapak Presiden RI. Tuhan berkehendak lain, karena pada saat yang tepat datang undangan kepada seluruh peserta Rapimnas dan Lokakarya ADI tersebut (melalui Ketua ADI Pusat Bp.Prof.DR.Armai Arief,MA ) untuk hadir mengikuti perkuliahan dari Bapak BJ.Habiebie, dengan tema "Refleksi Sepuluh Tahun Reformasi dan Seratus Tahun Kebangkitan Nasional".Bapak Prof.DR.BJ Habiebie ternyata adalah Presiden RI ke 3 yang pada tanggal 22 April 1999 telah membuka Konggres I ADI sekaligus meresmikannya di Istana Negara. Tuhan Maha Besar!.